Layanan internet berbasis satelit Starlink milik Elon Musk dalam waktu dekat ini akan memasuki pasar ritel Indonesia. Bagaimana nasib Satelit Republik Indonesia (Satria-1) yang sudah beroperasi ini?
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan Starlink dan Satria-1 ini dijamin tidak akan saling tumpang tindih ataupun mematikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh, nggak. Staria-1 kan satelit GEO, kalau Starlink itu LEO. Beda dong," ungkap Budi ditemui awak media di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Satria-1 merupakan jenis satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) berada di atas ketinggian 36.000 km dari permukaan Bumi. Sedangkan, posisi Starlink yang adalah Low Earth Orbit (LEO) lebih rendah hanya 500 km hingga 1.200 km dari permukaan Bumi,
Hal itu, yang menurut Budi bahwa kehadiran Starlink di Indonesia tidak akan mematikan Satria-1.
"Ya, nggak. Kebutuhannya beda, Satria-1 ini kan GEO, nggak berkompetisi secara langsung walaupun ada Starlink, begitu," tegas Budi.
Sebagai informasi, satelit Satria-1 merupakan satelit pemerintah ini sudah beroperasi setelah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Wahana antariksa ini, kapasitasnya 150 Gbps untuk menyediakan 37 ribu titik terbilang dengan menghasilkan kecepatan internet 3-5 Mbps.
Pemerintah mengandalkan Satria-1 untuk menyediakan akses internet untuk layanan pemerintah, seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, pemerintah daerah, hingga keamanan di perbatasan.
Sementara itu, Elon Musk akan memperluas pangsa pasar Starlink di Indonesia. Sebelumnya, mereka hanya melayani pelanggan korporasi, ke depannya akan terjun ke pasar ritel.
Kominfo menyebutkan Starlink telah memenuhi izin sebagai penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP). Sebelum resmi jualan internet ke masyarakat, Starlink harus melalui tahapan Uji Laik Operasi (ULO) terlebih dahulu.
Simak Video "Layanan Internet Satelit Elon Musk Starlink Sah Masuk RI "
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fay)