shtandovebg.com

Survei Soal AI ke Orang Indonesia, Jawabannya Bikin Khawatir

deepfake
Ilustrasi deepfake. Foto: The Daily Beast

Jakarta -

VIDA penyedia identitas digital melakukan survei terhadap sejumlah industri di Indonesia soal artificial intelligence (AI). Hasilnya cukup mengkhawatirkan, melihat dari persentase yang dipaparkan dari VIDA whitepaper What The Fake.

Survei VIDA dilakukan kepada responden berusia antara 22-55 tahun dengan 52% level staff, 20% senior staff, 24% manager, dan 4% lead atau head. Adapun industri yang ditanyakan 40% berasal dari industri finansial, 15% pemerintahan, 14% ecommerce, 8% fintech, 6% telko, 2% travel, 2% asuransi, dan 10% lainnya.

Dari hasil survei tersebut, ditemukan empat hal yang menjadi perhatian. Berikut ini di antaranya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. 58% pelaku bisnis profesional tidak bisa menjelaskan AI secara spontan

Survei kepada pelaku bisnis profesional mengungkap bahwa awareness soal AI masih sangat rendah. Kurang dari 50% individu bisa mengartikan AI tanpa informasi tambahan. Bahkan, walaupun sudah diberikan clue, AI masih diasosiasikan secara umum dengan Large Language Models (LLMs) seperti ChatGPT dan chatbot lainnya.

Sebanyak 58% mengaku tidak mengetahui AI, 22% menjawab LLMs, 10% robotik, 4% deepfake, dan sebanyak 2% menyebut soal virtual reality.

ADVERTISEMENT

2. 52% tidak bisa menjelaskan soal deepfake

Saat ditanyai pertanyaan tentang kesadaran akan AI dan dampaknya terhadap bisnis, hampir 52% responden tidak dapat mengingat deepfake sebagai ancaman utama kecerdasan buatan saat ini. Padahal, penipuan deepfake secara global menyebabkan kerusakan atau kerugian senilai miliaran dolar.

3. 34% pelaku bisnis profesional belum pernah dengar soal penipuan deepfake

Baru 66% responden yang mengaku mengetahui soal penipuan deepfake, sisanya tidak. Sebanyak 24% respon mengaitkan soal penipuan uang dan 21% menjawab soal pencurian identitas.

4. 90% pelaku bisnis profesional di Indonesia tidak tahu cara melindungi perusahaan dari penipuan deepfake

Perhatian paling besar dari VIDA adalah soal ini. Dari 2022 hingga 2023, penipuan deepfake naik 10 kali lipat di Asia Tenggara. Media yang digunakan adalah foto, video, bahkan audio.

Dari hasil survei, sebanyak 90% mengaku tidak tahu teknologi apa yang bisa mencegah kerugian karena deepfake buatan AI. Sisanya, sebanyak 10%, menuturkan sudah mengetahui caranya.



Simak Video "AS hingga Inggris Sepakati Perjanjian Cegah Penyalahgunaan AI"
[Gambas:Video 20detik]
(ask/fay)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat