shtandovebg.com

Kota-kota di China Terancam Tenggelam, Ini Sebabnya

SHANGHAI, CHINA - MAY 10: The Bund is seen at night on May 10, 2023 in Shanghai, China. (Photo by Guo Junfeng/VCG via Getty Images)
Kota Shanghai. Foto: VCG via Getty Images/VCG

Jakarta -

Hampir separuh kota besar di China terancam tenggelam karena pengambilan air dan kian besarnya beban ekspansi kota yang pesat. Menurut ilmuwan, beberapa kota mengalami penurunan tanah dengan cepat, dengan satu dari enam kota melebihi 10 mm per tahun.

Urbanisasi pesat dalam beberapa dekade terakhir berarti semakin banyak air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di kota-kota pesisir, penurunan permukaan tanah mengancam jutaan orang dengan banjir terkait naiknya permukaan air laut.

China memiliki sejarah panjang penurunan tanah. Shanghai dan Tianjin menunjukkan bukti penurunan muka tahun 1920-an. Shanghai telah tenggelam lebih dari 3 meter selama satu abad terakhir. Di zaman modern, ditemukan bukti penurunan permukaan tanah di banyak kota yang telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Periset beberapa universitas di China meneliti 82 kota, menggunakan data satelit Sentinel-1 untuk mengukur pergerakan tanah. Di periode 2015 hingga 2022, tim peneliti menemukan 45% wilayah perkotaan mengalami penurunan lebih dari 3mm per tahun. Sekitar 16% lahan perkotaan amblas lebih cepat dari 10 mm per tahun. Sekitar 67 juta orang tinggal di daerah yang mengalami penurunan permukaan dengan cepat.

Besar kecilnya penurunan dipengaruhi beberapa faktor, misalnya geologi dan berat bangunan. Namun elemen utamanya adalah hilangnya air tanah karena banyak dipakai warga. "Saya pikir ekstraksi air mungkin adalah alasan yang dominan," kata Prof Robert Nicholls, dari Universitas East Anglia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

ADVERTISEMENT

Faktor lain adalah sistem transportasi perkotaan dan penambangan. Di utara Pingdingshan, salah satu wilayah penghasil batubara terbesar di sana, penurunan permukaan tanah terjadi sangat cepat sebesar 109 mm per tahun.

Para penulis studi mengatakan ancaman besar di masa depan adalah paparan penduduk perkotaan terhadap banjir, yang merupakan kombinasi dari penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Pada tahun 2020, sekitar 6% wilayah China memiliki ketinggian relatif di bawah permukaan laut. Dalam waktu 100 tahun, dikutip dari BBC, jumlah ini dapat meningkat jadi 26% dari total luas negara.

Namun, terdapat strategi efektif yang dapat mengatasinya. Permasalahan penurunan tanah telah menimpa kota besar lainnya di Asia, termasuk Osaka dan Tokyo di Jepang pada masa lalu. "Tokyo mengalami amblas di sekitar kawasan pelabuhan, hingga lima meter pada abad 20," kata Prof Nicholls.

"Tetapi di 1970-an, mereka menyediakan air pipa yang baik dari daerah lain dan mereka juga mempunyai undang-undang yang menyatakan Anda takkan menggunakan air sumur dan pada dasarnya undang-undang tersebut menghentikan penurunan permukaan tanah," paparnya.



Simak Video "Kala Australia Kritik 'X' Elon Musk yang Ogah Hapus Footage Penikaman Sydney"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/rns)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat