Operator seluler menunggu kepastian janji insentif yang akan diberikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Selain untuk menyelamatkan industri telekomunikasi dalam negeri, insentif tersebut dibutuhkan agar kecepatan internet Indonesia makin ngebut.
Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH) mengungkapkan sejauh ini belum ada perkembangan terbaru terkait insentif bagi penyelenggara telekomunikasi.
"Dari operator sangat membutuhkan insentif karena kita tahu regulatory cost kita sudah sangat tinggi. Kami menyadari inisiatif ini tidak mudah karena melibatkan banyak pihak dan sangat mengapresiasi usah Kominfo dalam membuat aturan insentif ini," ujar Director & Chief Business Officer IOH Muhammad Danny Buldansyah di Jakarta.
Disampaikan Danny bahwa rata-rata regulatory cost industri telekomunikasi saat ini sudah menyentuh 14%, padahal seharusnya bisa di bawah 10% agar bisa berkelanjutan.
"Kenapa perlu turun di bawah 10%? Supaya kita punya margin yang cukup untuk investasi untuk meningkatkan coverage, kualitas, dan service-service yang lain. Sehingga posisi kita ini di dunia internetnya ngga paling buncit gitu lho. Tujuannya itu, kita ingin regulatory cost (diturunkan)," ungkap Danny.
Danny mengaku belum mengetahui bentuk insentif yang akan diberikan Kominfo kepada operator seluler. Namun, ia menekankan, itu perlu dibahas oleh berbagai pihak terkait.
"Kominfo juga selalu diminta yang lain supaya tingkatkan PNBP, mereka harus bilang industrinya sudah tidak bisa lagi menolong PNBP, kalau nggak industrinya kolaps. Kalau kolaps yang rugi siapa, masyarakat lagi," kata Danny.
Dalam beberapa pertemuan terakhir, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan pemerintah saat ini terus membahas insentif tersebut.
"Tunggu bulan Mei, kamu ini nggak sabaran nih. Yang pasti lagi berporeses, yang pasti ada insentif untuk mendorong kecepatan internet di Indonesia," kata Budi pada Selasa (16/4/2024).
Simak Video "Upaya Kominfo Beri Insentif ke Operator Seluler"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/agt)