shtandovebg.com

Elon Musk Ngajak Ribut Pemerintah Australia

Elon Musk, Chief Executive Officer of SpaceX and Tesla and owner of Twitter, gestures as he attends the Viva Technology conference dedicated to innovation and startups at the Porte de Versailles exhibition centre in Paris, France, June 16, 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes/ File Photo Acquire Licensing Rights
Elon Musk Ngajak Ribut Pemerintah Australia (Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes/ File Photo Acquire Licensing Rights)

Jakarta -

Elon Musk sedang berseteru dengan Pemerintah Australia. Gara-garanya, milyuner itu enggan menghapus konten kontroversial di platform X.

Di Australia lagi ramai video rekaman dugaan penusukan Uskup Mar Mari Emmanuel pekan lalu. Video ini beredar bebas di platform media sosial termasuk X. Parlemen Australia dan kemudian pemerintahnya meminta konten ini dihapus dari media sosial.

Namun, Elon Musk selaku pemilik platform X berkilah bahwa intervensi pemerintah dalam platform media sosial bisa mendorong setiap negara mengendalikan seluruh internet. Padahal, pengadilan Australia sudah memutuskan konten itu dicabut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merespons keputusan ini, Musk meledek Perdana Menteri Australia Anthony Albanese yang menyatakan bahwa platformnya adalah benteng terakhir melawan pemerintah dalam kebebasan berbicara.

ADVERTISEMENT

[Gambas:Twitter]

"Kami sudah menyensor konten yang dimaksud untuk Australia, menunggu banding hukum, dan hanya disimpan di server di Amerika Serikat," tulis Musk di X.

Sebelumnya, Albanese mengkritik tindakan Musk yang enggan menghapus konten kontroversial, sebagai lambang kesombongan. Elon lebih membela kekerasan daripada akal sehat.

"Pria ini mengira dia di atas hukum Australia, bahwa dia di atas akal sehat umum. Dan saya katakan kepada Elon Musk, bahwa dia sangat tidak sejalan dengan apa yang diinginkan publik Australia," balas Albanese pada Sky News seperti dilansir dari News.com Australia, Selasa (23/4/2024).

Musk juga memposting video klip yang menunjukkan peta dunia dengan Australia digantikan oleh huruf X raksasa - huruf favoritnya di abjad. Sementara itu, Senator Tasmania Jacqui Lambie ikut menyerang Musk dengan keras, menyebutnya sebagai aib yang seharusnya dipenjara.

"Jujur saja pria itu seharusnya dipenjara," katanya kepada ABC Radio.

Ketegangan antara Australia dengan X dan Elon Musk berawal dari video dugaan insiden penusukan di Gereja Christ The Good Shepherd di Wakeley, Sydney yang diunggah ke platform media sosial.

Komisaris eSafety Australia, Julie Inman Grant, mengeluarkan perintah kepada X dan Meta - pemilik Facebook dan Instagram, untuk menghapus konten tersebut. X menentang perintah tersebut dan mengklaim bahwa membatasi paparan video tersebut dari netizen di Australia sudah cukup.

Namun, pengadilan Australia mengabulkan permintaan badan keamanan internet Australia yaitu eSafety, sesuai Undang-undang Keamanan Online dan meminta X menyembunyikan konten itu selama 2 hari. Pada Rabu besok keputusan final dari pengadilan akan dikeluarkan. Dalam pernyataannya pada Selasa (23/4) pagi, Albanese siap melakukan segala yang diperlukan untuk menghadapi Musk.

"Menurut saya, orang ini yang berada di sisi lain dunia dengan kekayaannya, sok-sokan mengajari Australia tentang kebebasan berbicara. Nah, saya tidak akan membiarkannya dan saya yakin orang Australia juga demikian," katanya kepada Sky News.

*Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di .



Simak Video "Elon Musk Bakal Bebankan Biaya untuk Pengguna Baru X"
[Gambas:Video 20detik]
(fay/fay)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat