shtandovebg.com

Dulu Melarat, Ini Alasan Korea Selatan Kini Negara Kaya

Sudut-sudut kota Seoul
Suasana kota Seoul. Foto: Dadan Kuswaraharja

Jakarta -

Korea Selatan dahulu bukan negara kaya seperti sekarang, bahkan amat kekurangan. Jika melihat kondisi di masa silam, tidak ada yang membayangkan Korsel sekarang negara maju dengan teknologi tinggi dan perusahaan-perusahaannya disegani.

Setelah Perang Korea yang berlangsung tahun 1950 sampai 1953, Korsel terpuruk dan adalah salah satu negara termiskin. Bahkan saat itu, Korea Utara dinilai bernasib lebih baik.

Banyak bangunan hancur, usia harapan hidup di bawah 50 tahun dan jutaan orang sipil tewas. Namun ajaibnya, hanya dalam satu generasi, Korsel menjelma menjadi negara makmur. Di 1955, pendapatan per kapita Korsel adalah USD 64, kini naik ratusan kali lipat di atas USD 30 ribu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu alasannya adalah kepemimpinan presiden Park Chung-hee, diktator militer yang menjabat dari 1961 sampai pembunuhannya di 1979. Sosok ini memang kontroversial, tapi banyak juga yang memujinya berperan besar terhadap kemajuan Korsel.

Perkembangan ekonomi Korsel tak dapat dibahas tanpa menyebut chaebol, konglomerat yang awalnya dikelola keluarga, seperti Samsung, LG, dan Hyundai. Mereka dulu menjual kebutuhan pokok seperti gula dan wol (Samsung), plastik (LG) dan beras (Hyundai) pada pertengahan abad 20. Era Park Chung-hee adalah saat chaebol mulai memperluas pengaruh dan bisnisnya berkembang pesat.

ADVERTISEMENT

"Ketika Park berkuasa, Korsel masih miskin, dengan PDB per kapita USD 94, sedangkan PDB Korea Utara diperkirakan telah melampaui USD 140 pada tahun 1959. Untuk mengangkat negara keluar dari kemiskinan, Park menetapkan rencana ekonomi berorientasi ekspor yang diprakarsai negara dan ia memaksa chaebol bekerja sama," tulis Jieun Choi, pakar ekonmi Korsel yang dikutip dari Korea Expose.

Ia memberi pinjaman lunak, subsidi, dan pemotongan pajak. Bekerja sama dengan pemerintah otoriter, chaebol meletakkan fondasi yang memungkinkan mereka tumbuh jadi konglomerat besar. Saat transisi, para chaebol bekerja dengan perusahaan Amerika dan Jepang dalam berbagai bentuk dan menyerap ilmu.

Ekspor hingga awal tahun 70-an hanya terbatas pakaian, sepatu, rambut palsu, dan sejenisnya. Namun akhir tahun 1970-an, Samsung mulai ekspor televisi, radio, dan mesin cuci. Hyundai membuat mobil pertamanya, Pony, tahun 1975. Tahun 1961, total ekspor Korsel hanya USD 42 juta. Di 1977, meningkat jadi lebih dari USD 10 miliar.

Park Chung-hee, yang dianggap sebagian pihak bapak 'keajaiban ekonomi' Korea Selatan, mencari dana dari luar negeri untuk mendanai rencana ekonominya. Park juga mengirim warga sipil Korsel ke luar negeri untuk mendapat mata uang asing.

Tahun 1979, ketika Park dibunuh, PDB per kapita Korea Selatan melampaui USD 1.770, hampir 20 kali lebih besar dari ketika ia mulai berkuasa melalui kudeta militer. Sejak saat itu, kemajuan ekonomi Korsel tak terbendung sampai sekarang, meski ada tantangan seperti krisis moneter tahun 1997, tapi mereka berhasil melaluinya.

Tentu faktor lainnya adalah sumber daya manusia Korsel yang bekerja keras dan mengutamakan kepentingan perusahaan atau negara dibanding individu. Mereka juga mengutamakan kerja kolektif dan senioritas sangat terasa.

"Mindset memang mengalami perubahan. Saat ini umumnya, anak muda Korsel lebih individualis dan cenderung kurang mau menderita atas nama kerja sama kolektif. Tapi mentalitas kolektif ini masih marak di tempat kerja. Sebagai contoh, tidak pantas karyawan junior meninggalkan kantor sebelum seniornya," cetus Jieun Choi.



Simak Video "Raja Inggris Gelar Audiensi dengan Para Veteran Perang Korea"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/afr)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat